Karakteristik Penasihat yang Baik

Karakteristik Penasihat yang Baik

Pertanyaan: Bagaimana kita sebaiknya memahami Nabi Musa yang meminta supaya beliau dibantu oleh seorang pendamping, padahal sudah ada wahyu yang mendukungnya? Apa saja yang perlu diperhatikan dalam memilih seorang pendamping/penasihat?[1]

Jawaban: Setiap Anbiya Izam adalah teladan, panutan, dan contoh yang harus kita ikuti. Sebenarnya, ayat-ayat di dalam Al-Qur’an banyak menjelaskan kisah-kisah para nabi. Kisah-kisah tersebut sebagiannya tersirat dan sebagian lagi secara tersurat memerintahkan kita untuk mengikuti jalan mereka.  Dalam satu ayat disebutkan لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ yang artinya “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik (QS Al-Ahzab 33:21)” yang merujuk kepada Rasulullah sebagaimana sebutan yang sama juga digunakan untuk Nabi Ibrahim di ayat  قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ yang artinya “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia (QS Al Mumtahanah 60:4). Oleh karena setiap nabi merupakan contoh teladan bagi kita, berarti terdapat beberapa pelajaran penting dari peristiwa Nabi Musa yang meminta kepada Allah Swt. supaya dikirimkan pendamping. 

Pertama-tama, mari kita lihat bagaimana peristiwa itu terjadi. Allah subhanahu wa ta’ala mengamanahkan pesan penting kepada Nabi Musa yang memiliki kecerdasan agung supaya disampaikan kepada Firaun. Akan tetapi, pesan tersebut tidak hanya akan disampaikan kepada Firaun saja. Masih ada sosok-sosok lain seperti Haman dan Qarun yang di masa itu menduduki posisi puncak sistem kasta yang dibangun oleh Firaun. Haman adalah sosok orang yang selalu mencari justifikasi dari setiap pekerjaan yang dilakukan oleh Firaun. Ia adalah sosok yang senantiasa menghipnotis Firaun dengan pujian dan tepuk tangan. Sedangkan Qarun adalah sosok orang yang tunduk di bawah kekayaan yang dimilikinya. Dengan demikian, Nabi Musa akan menghadapi representasi ifrit dari masyarakatnya. Beliau akan menyampaikan pesan Ilahi yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Dengan kata lain, beliau akan menyampaikan segala pengetahuan yang belum pernah diketahui sebelumnya. 

Selain itu, terdapat pengaruh psikologis yang mungkin juga dihadapi Nabi Musa yang dibesarkan di dalam istana Firaun yang tak boleh diabaikan. Nabi Musa senantiasa menyaksikan Firaun dan para penasihatnya sebagai sosok pemimpin dan pemerintah. Terlebih lagi, Firaun berlaku layaknya ayah ataupun kakak kepada Nabi Musa. Apalagi Bani Israil menempati strata terendah dalam sistem kasta yang dibangun oleh Firaun. Karena beliau tidak berasal dari keturunan Firaun, bisa jadi perlakuan Firaun kepadanya sama seperti perlakuan Firaun kepada anak-anak Bani Israil lainnya meskipun Nabi Musa dibesarkan di dalam istana.

Ketika kita mengevaluasi semua faktor-faktor tersebut, maka peristiwa Nabi Musa yang meminta adanya pendamping kepada Allah menunjukkan ketinggian fatanah dan firasatnya. Pertama-tama, kita perlu memahami kesulitan apa saja yang akan dihadapinya. Dalam Surat Thaha ayat 29-32, Nabi Musa bersabda;  وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي ۝ هَارُونَ أَخِي ۝ اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي ۝ وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي yang artinya: “…dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (29) yaitu Harun, saudaraku, (30) teguhkanlah kekuatanku dengan (adanya) dia, (31) dan jadikanlah dia teman dalam urusanku, (32)..” yang mana beliau meminta Nabi Harun supaya diutus untuk membantunya. Nabi Harun sendiri tumbuh besar dalam atmosfer yang lebih bebas dibandingkan Nabi Musa. Beliau hidup bebas di tengah-tengah masyarakat Bani Israil. Karena beliau berasal dari keturunan para nabi, beliau senantiasa menyampaikan pesan-pesan agama kepada masyarakatnya. Jadi, beliau adalah sosok yang berpengalaman.

Selain itu, terdapat sisi psikologis dari peristiwa Nabi Musa meminta pendamping ini.Bisa saja beliau merasa kurang nyaman jika harus menemui seseorang yang memiliki pangkat tinggi sendirian. Hal tersebut tentu dapat menyulitkan dalam menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya. Demikianlah, Nabi Musa meminta adanya seorang pendamping yang akan menguatkan diri dan melapangkan jalan yang diambilnya sehingga beliau dapat menyampaikan pesan Ilahi dengan baik. 

Setelah mengulas sekilas beberapa sisi dari kisah Nabi Musa, kini kita bisa beralih pada sisi yang kita hadapi. Dari peristiwa tersebut, kita bisa mengambil kesimpulan sebagai berikut: melengkapi orang-orang yang diamanahi tugas-tugas penting dengan para penasihat terampil merupakan sebuah keniscayaan secara akal dan logika. Setiap orang yang memiliki misi penting, setiap pemimpin yang bertanggung jawab mengelola sekelompok orang, ketika mereka mengangkat seorang penasihat yang akan menyempurnakan kekurangan dan memperbaiki jika melakukan kekeliruan merupakan tanda ketajaman firasat dan ketinggian kecerdasannya. 

Pemilihan Penasihat

Namun, segera perlu dijelaskan bahwasanya meskipun melengkapi seorang petugas dengan seorang penasihat merupakan hal yang penting, proses pemilihan penasihat dan penentuan kriteria apa saja yang harus dimilikinya adalah hal yang lebih penting lagi. Apabila dalam proses pemilihan penasihat diambil langkah yang kurang tepat, alih-alih manfaat, justru kerugian yang akan didapat. Penasihat yang dipilih bukanlah sosok seperti Haman yang selalu membenarkan segala yang dikerjakan Firaun dan menutup mata atas kesalahan yang dilakukannya, melainkan sosok penasihat yang memiliki kecerdasan tinggi, yang senantiasa mampu memberikan peringatan atas kesalahan kecil sekalipun dengan tata cara yang santun tanpa perlu menyakiti orang yang dinasihatinya. Seorang penasihat harus memiliki ciri-ciri seperti itu, sehingga ia pun tidak diam apabila ada seekor semut yang terinjak. Ia harus berani berkata: “Pak Ketua, seharusnya Anda tidak menginjak semut ini!” Jika tidak, maka seperti halnya Haman yang menyikapi pernyataan Firaun di hadapan rakyatnya:أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى yang artinya “Akulah tuhanmu yang paling tinggi (QS. An Naziat 79:24)” dengan diam, atau barangkali dia bahkan berkata:”Apa yang Anda katakan betul-betul tepat, wahai rajaku!” tidak ada keraguan bahwa pemimpin yang dikelilingi para penasihat yang selalu menyanjung semua sikap yang diambilnya berarti sedang menyiapkan musibah yang akan menimpanya.

Apalagi para penasihat yang memanfaatkan wibawa atau jabatan dari orang yang didampinginya untuk keuntungan pribadi, memenangkan tender, mengumpulkan profit sebanyak-banyaknya tidak peduli apabila di masa mendatang orang tersebut akan jatuh. Ia akan selalu berusaha diperhatikan, menyenangkan hati, dan terlihat menyenangkan di hadapan orang yang didampinginya tersebut. Ia akan memuji pekerjaan-pekerjaan yang sebenarnya tak ada gunanya. Pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan si pemimpin segera dikomentari dengan hiasan tertentu supaya dapat lebih diterima. Singkatnya, ia akan melakukan segala cara  supaya keuntungan pribadi yang diraihnya terus mengalir.

Tidak ada keraguan bahwa orang-orang seperti ini, yang telah menyusun lingkaran di sekitar si pemimpin dan menciptakan siklus profit dengan memanfaatkan wibawanya, melalui segala macam puja dan puji lambat laun akan membuat si pemimpin keluar dari jalurnya. Mereka akan menempatkannya di luar jalur. Mereka juga akan mendandaninya dengan pakaian dan riasan yang tidak sesuai. Si pemimpin yang malang ini seiring berjalannya waktu akan mulai melihat dirinya berbeda dari yang lain. Ia melihat dirinya di atas, lebih mulia dari orang-orang di sekitarnya.  Ini karena pujian dan sanjungan akan membuat seseorang jadi lupa diri.

Urusan Rumah Tangga

Di sisi lain, orang-orang berjiwa kelam seiring berjalannya waktu akan mengatur urusan rumah tangga dari si pemimpin yang didampinginya dan mencegah suara-suara dari luar untuk masuk.  Mereka melabrak suara-suara dari kanan dan kiri yang datang. Anda pun hanya dapat mendengar pantulan suaranya saja. Orang-orang ini melingkari orang yang mereka dampingi bagaikan cincin di sekitar Planet Saturnus. Demikian kuat pengaruhnya, bahkan ide cemerlang yang datang akan berubah warna karena bersinggungan dengan mereka. Oleh karena itu, orang-orang baik pun akan tampak buruk di hadapannya. Meskipun para peniti jalan nabi menyampaikan pesan-pesan mulia layaknya pesan-pesan samawi, ia akan memandangnya sebagai seorang yang sedang menggunakan dialektika untuk memperdayainya. Seiring berjalannya waktu, ukuran nilai menjadi rusak akibat kesalahan pendampingan. Pada akhirnya, kebenaran secara perlahan mulai terlihat.

Sebagaimana diketahui, pada masa Usmani terdapat posisi-posisi seperti penasihat, staf ahli, direktur jenderal, dan kesekretariatan negara di sekitar sultan. Pada permasalahan-permasalahan rumit, sultan akan berkonsultasi dengan mereka. Pada waktu yang sama, mereka menjadi perisai yang melindungi sultan dari bahaya-bahaya yang dapat muncul dari luar.  Pada masa-masa terbaiknya, kesekretariatan negara (mabeyn-i hümayun) telah menunaikan tugas-tugas yang amat penting dalam menjembatani kesultanan dengan rakyat. Dalam menjalankan tugasnya, mereka menyampaikan harapan dan keinginan, pemikiran dan nasihat dari masyarakat kepada sultan. Dalam menyampaikan suara ini, mereka tidak menciptakan penghalang untuk membendungnya.

Namun, ketika dilihat dari sejarah dan hari-hari di masa kini, sering kali hal yang demikian tidak terwujud. Sayangnya, kesekretariatan negara (mabeyn-i hümayun) secara umum membentuk penghalang antara rakyat dengan pemimpinnya. Mereka tidak mengizinkan suara dari bawah tersampaikan apa adanya ke telinga si pemimpin.  Khususnya pada beberapa masa terdapat penasihat, pemimpin umum, dan ajudan yang penuh rasa ria dan oportunis; atau mereka yang berkumpul di sekitar pemimpin apa pun nama dan jabatannya, yang mana mereka berhasil meraih kepercayaan si pemimpin kemudian mengarahkannya ke jalan yang keliru. Perasaan dan pemikiran dari rakyat tidak disampaikan sebagaimana mestinya kepada si pemimpin. Mereka memanipulasinya sedemikian rupa sesuai keinginan mereka. Dengan demikian, selain menipu si pemimpin, mereka juga telah mengkhianati masyarakat. Meskipun pemimpin negara ini seorang wali sekalipun, ia tidak akan bisa mengetahui wajah asli maupun niat sebenarnya dari penasihat-penasihat di sekitarnya tersebut. Mereka bisa saja tidak selamat dari jebakan dan intrik yang dimainkan para penasihatnya.

Salah satu sosok pemimpin yang saya idolakan adalah Sultan Abdul Hamid II. Ketika saya masih berumur 14-15 tahun, saya pernah tinggal bersama Medet Efendi (ketika saya tinggal bersamanya, ia berumur 80-an tahun), seorang pensiunan perwira menengah yang pernah mengabdi sebagai ajudan Sultan Abdul Hamid II. Darinya, saya mendengar banyak sekali fadhilah dan keistimewaan dari Sultan Abdul Hamid II.  Oleh karenanya, Sultan Abdul Hamid II menjadi sosok yang sangat saya idolakan.  Oleh karena itu, saya tidak bisa mengkritiknya.  Namun, di masa kepemimpinannya terdapat intelektual-intelektual yang mengkritisi dengan serius kebijakan-kebijakannya.  Misalnya yaitu Mehmet Akif Ersoy, sosok yang juga sangat saya idolakan. Beliau adalah sosok yang sangat tulus dan lurus. Ia tidak mengenal apa yang namanya ria. Ia tidak pernah memiliki pengharapan apa pun pada dunia. Akan tetapi, dua sosok ini tidak akur satu sama lain. Masyarakat umum tentu mengetahui syair yang ditulis oleh Mehmet Akif untuk mengkritik Sultan Abdul Hamid II.  Selain Mehmet Akif, juga ada Al-Allamah Muhammad Hamdi Yazir, sosok yang dalam sejarah ilmu tafsir menjadi salah seorang di antara sedikit mufassir yang mampu menggabungkan riwayat dan dirayah secara paripurna. Beliau pun salah satu tokoh yang turut mengkritisi Sultan Abdul Hamid II rahimahullah.

Sebab terpenting mengapa sosok-sosok mulia seperti mereka mengkritisi Sultan Abdul Hamid II adalah orang-orang di mabeyn-i hümayun yang mengelilingi Sultan. Mereka tidak memperkenankan pemikiran dan luapan perasaan tokoh-tokoh dari kelas intelektual terdengar oleh Sultan. Suara dan kata termurni sekalipun akan dimanipulasi sesampainya di sana. Sehingga Sultan Abdul Hamid II tidak mampu melihat apa yang sebenarnya terjadi dari sisi yang paling tepat. Barangkali ia telah diarahkan dengan keliru oleh orang-orang di sekitarnya dan ia pun tertipu.  Sebagaimana disampaikan Badiuzzaman, sekalipun orang itu wali, selama Allah tidak mengilhaminya pengetahuan maka ia tidak akan bisa mengetahui kejadian yang sebenarnya. 

Pengangkatan Jabatan Sesuai Kapasitas

Oleh karena kesekretariatan negara merupakan faktor yang sangat penting dalam manajemen pemerintahan, diperlukan para penasihat yang baik sehingga akan mengarahkan si pemimpin kepada kebaikan dan mencegahnya dari segala keburukan.  Para penasihat ini pertama-tama harus menyampaikan saran dan solusi kepada pemimpin atas masalah dan kesulitan yang dihadapi. Kemudian, semua saran, penawaran, dan keluhan yang datang dari masyarakat harus disampaikan kepada atasan tanpa dibumbui pendapat-pendapat pribadinya. 

Sayangnya, hal tersebut merupakan salah satu masalah terbesar dewasa ini. Oleh karena mereka tidak memasang telinga baik-baik dan tidak serius dalam mengumpulkan aspirasi masyarakat, permasalahan yang ada selalu disampaikan dengan tidak tepat. Hal tersebut menyebabkan kebijakan yang kemudian diambil pun keliru. Para penasihat, staf ahli, ajudan, dan jabatan lain yang membentuk kesekretariatan negara sayangnya menjadi penghalang antara rakyat dan pemimpin sehingga memisahkan si pemimpin dari rakyatnya. Dengan demikian, mereka menghalangi pemimpin dan rakyat untuk saling melihat dan memahami dengan benar.  Sebagaimana para pemimpin hanya menemui rakyat di lapangan kampanye yang penuh dengan orang bersorak-sorai menyambut pidato-pidatonya, rakyat pun tidak memiliki kesempatan untuk mengenal dengan baik wajah asli dari para pemimpinnya. 

Supaya kedua belah pihak dapat saling mengenal dengan baik, maka penghalang-penghalang ini harus disingkirkan. Untuk itu, kesekretariatan negara harus menjalani proses transparansi. Dari sisi ini, pemilihan orang yang akan ditugasi harus dilakukan berdasarkan kapasitasnya. Orang yang akan dipilih harus dilihat dari pengalaman-pengalamannya, penguasaan pengetahuannya, kemampuannya dalam mengelola pekerjaan, serta rekam jejak prestasinya. Hal-hal lain seperti hubungan kekeluargaan, kedekatan, dan persahabatan tidak boleh menjadi faktor dalam proses pemilihan.  Meskipun menjaga muruah kepada para kerabat merupakan hal yang bijaksana, tetapi dalam penugasan yang sifatnya kepemimpinan bahkan dalam pemilihan kepala desa sekalipun kita tidak boleh memberikan perlakuan khusus kepada kerabat kita. Pada permasalahan ini tidak ada toleransi sedikit pun. Baik ikatan kekeluargaan, hubungan persahabatan, maupun keuntungan dan manfaat pribadi tidak boleh menjadi kriteria dalam permasalahan ini. Apabila permasalahan ini tidak diperhatikan dengan baik, lalu kriteria pengangkatan jabatan yang dilakukan bukan berdasar pada kapasitas seseorang sehingga karena sebab-sebab tertentu orang yang diangkat adalah orang-orang yang tidak menguasai bidangnya, maka keberlangsungan suatu negara berada dalam bahaya.

Di sisi lain, sangat sulit bagi orang-orang yang berada dalam koalisi pemerintahan untuk mengambil sikap yang berbeda apabila terdapat kesalahan dalam kebijakan yang diambil dan kemudian berani menyampaikan kebenaran. Karena mereka sedari awal membangun hubungan di atas rasa hormat dan loyalitas, bisa jadi mereka tidak mampu melihat kebijakan yang diambil dari sudut pandang oposisi. Kemudian ada faktor bahwa mereka digaji untuk melakukan pekerjaan, adanya usaha untuk mempertahankan jabatan, hingga keinginan untuk promosi naik jabatan juga merupakan penghalang penting yang bisa membatasinya untuk bersuara secara bebas.  Orang-orang yang mengambil sikap dengan memperhitungkan hari esok kehidupan pribadinya, misalnya seorang penasihat yang memimpikan di masa mendatang ia diangkat sebagai Anggota Dewan ataupun Menteri, sungguh sulit diharapkan ia bisa menyampaikan permasalahan sesuai realita. Mereka tidak akan mampu menentukan sikap terhadap kekeliruan dalam pengambilan kebijakan. Mereka pun tidak akan mampu menahannya. Meskipun dengan langkah tersebut ia akan berhasil menjaga jabatan dan keuntungan pribadinya, pada akhirnya bangsa dan negara-lah yang akan menerima kerugian.

Dari segi ini, maka para pemimpin hendaknya tidak mencukupi diri dengan para penasihat yang berasal dari kalangannya sendiri. Hendaknya ia juga memaksimalkan gagasan-gagasan dari orang-orang yang pemikiran dan pandangan politiknya berseberangan tetapi memiliki pandangan menyeluruh atas semua peristiwa dan bernasionalisme tinggi.  Karena orang-orang yang demikian tidak akan bekerja demi keuntungan pribadi para pemimpin. Ia tidak akan terpaku pada asal partai belaka. Melainkan ia hanya akan menggunakan manfaat bagi bangsa dan negaranya sebagai kriteria utama. Ya, sebelum sebuah negara mengambil langkah-langkah strategis yang akan memengaruhi rakyat negaranya, mengambil gagasan dan pikiran dari orang-orang yang objektif adalah hal yang amat penting.  

Evaluasi Permasalahan dari Perspektif Para Relawan Hizmet

Menggunakan kriteria-kriteria tersebut sebatas pada pemilihan penasihat dan para staf dalam kesekretariatan negara berarti mempersempit permasalahan tersebut.  Kriteria-kriteria tersebut juga berlaku bagi siapa saja yang terlibat dalam pengelolaan dan manajemen sumber daya manusia di suatu institusi pada semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu, dapat kita katakan bahwa prinsip-prinsip tersebut juga berlaku bagi orang-orang yang mengabdi di jalan Allah. Meskipun pada sistem yang dijalankan oleh para relawan hizmet tidak terdapat struktur seperti mabeyn-i humayun (kesekretariatan dan protokoler negara), sebagian orang yang berada pada posisi pimpinan meletakkan struktur semacam itu dan menjadikannya sebagai tirai penghalang antara mereka dan orang lain. Hal tersebut menyebabkan terjadinya “gerhana matahari dan bulan” pada diri mereka sendiri maupun pada orang lain. Karenanya, mereka tidak mampu melihat segala sesuatu dengan jelas dan terang. Orang-orang yang membersamainya dalam perjuangan hizmet tidak bisa memiliki kemudahan dalam mengakses dan menyampaikan keluhan-keluhan kepada mereka.  Padahal kewajiban mereka adalah senantiasa bersikap terbuka kepada siapa saja dan berkonsultasi kepada para ahli dalam setiap permasalahan.

Para pemimpin manajemen yang menjadi representasi dari kegiatan hizmet baik berupa sekolah maupun instansi lainnya harus berusaha menemukan para penyokong yang dapat menegakkan punggung di saat ia bungkuk serta memperbaikinya saat melakukan kesalahan tanpa perlu jatuh dalam kekeliruan yang bersifat ushul (dasar pemikiran) dan uslub (cara atau metode yang digunakan). Orang-orang yang mendampinginya harus merupakan orang-orang yang benar, mustakim, dan pemberani seperti mereka yang berseru kepada Sayyidina Abu Bakar: “Jika kami melihatmu berada dalam kelalaian, akan kami tegur dirimu dengan pedang-pedang kami!”

Nabi Musa sekalipun meminta kepada Allah SWT.:  ٱشْدُدْ بِهِۦٓ أَزْرِى yang artinya “teguhkanlah kekuatanku dengan (adanya) dia” supaya dirinya diperkuat dengan diutusnya Nabi Harun sebagai pendampingnya. Terlebih kita, sudah pasti membutuhkan pendamping dengan kriteria yang demikian. Karena tidak ada satu pun dari kita yang disokong oleh wahyu. Diri kita pun tidak dibekali ke-fatanah-an sebagaimana dimiliki para Nabi. Oleh karena itu, kita harus memperkuat nalar dan pemikiran kita melalui para penasihat yang baik dan ide-ide mereka yang bermanfaat. Jika kita berhasil mengerjakannya, kita tidak akan tenggelam dalam kelemahan diri sendiri dan kita tidak akan mudah tersungkur. Oleh karena itu, penggunaan prinsip-prinsip tersebut dalam permasalahan tadi sangatlah penting dan besar kebutuhannya dalam setiap level kehidupan.


[1] Diterjemahkan dari artikel: https://fgulen.com/tr/eserleri/kirik-testi/hayirli-bir-danismanin-ozellikleri

Pin It
  • Dibuat oleh
Hak Cipta © 2024 Fethullah Gülen Situs Web. Seluruh isi materi yang ada dalam website ini sepenuhnya dilindungi undang-undang.
fgulen.com adalah website resmi Fethullah Gülen Hojaefendi.